SELAMAT DATANG DI LAMAN PASKIBRA VIYADA PRAYOTTAMA SMA N 1 KARANGGEDE/span>

Keyakinan, Komitmen dan Etos Kerja

Suatu saat saya menanyakan pada seorang teman yang begitu bersemangat dengan apa yang dia kerjakan. Mengapa dia begitu bersemangat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Di luar dugaan, dia malah bingung untuk menjawabnya. Ya…akhirnya dia menjawab sekenanya. Ah….saya cuma senang saja melakukannya. Saya mencoba merenungkan, mengapa pertanyaan ini tidak saya tanyakan pada diri sendiri saja?
Sebuah pertanyaan sederhana tetapi jika mau merenungkan, sepertinya banyak yang harus kita benahi pada diri kita. Marilah kita perhatikan pada diri kita. Suatu ketika kita begitu bersemangat untuk melakukan suatu pekerjaan. Tapi pada kesempatan lain kita begitu enggan untuk melakukan pekerjaan yang lain. Pasti ada alasan untuk itu. Ketika kita mempunyai alasan yang kuat untuk melakukan sesuatu, tentunya akan semakin bergairah ketika kita melakukan pekerjaan tersebut.
Ketika kita melakukan suatu pekerjaan, satu hal yang perlu kita pahami adalah bahwa kita harus memiliki keyakinan pada diri kita bahwa apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang benar dan harus kita kerjakan. Dan keharusan itu timbul dari dalam diri kita. Bukan karena orang lain atau atasan kita. Karena keharusan yang timbul bukan dari dalam diri, adalah sebuah keterpaksaan.  Keterpaksaan hanya akan mengakibatkan rasa tertekan, frustasi dan akibat terburuk adalah bahwa apa yang kita kerjakan tidak akan menghasilkan sesuatu yang tidak bermakna apa-apa. Meskipun mungkin hasil pekerjaan itu memuaskan orang lain, tetapi bagi kita tidak ada artinya sama sekali. Bagi sebuah fatamorgana, tampak segar dari kejauhan, tetapi gersang ketika mendekatinya.
Ketika kita telah memiliki keyakinan yang kuat akan apa yang kita lakukan, hal ini akan mendongkrak komitmen kita pada apa yang kita lakukan. Komitmen tersebut adalah bahwa kita akan berupaya dengan sepenuh hati untuk memberikan yang terbaik atas apa yang kita lakukan. Misalkan kita sebagai guru, ketika kita yakin bahwa menjadi guru adalah sebuah pilihan dan panggilan jiwa, maka kita akan memiliki komitmen yang kuat pada anak didik kita. Kita akan selalu berupaya bagaimana agar anak didik kita dapat mencapai tujuan belajarnya dengan semaksimal mungkin. Dengan demikian kita akan  selalu bergairah untuk selalu mencari jalan dengan berbagai metoda agar anak didik kita berhasil dalam belajarnya.  Demikian halnya dengan pekerjaan-pekerjaan yang lain.
Akhirnya tampak benang merah,antara keyakinan komitmen dan etos kerja. Bahwa keyakinan akan apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang benar dan harus kita kerjakan akan membangkitkan komitmen pada diri kita sehingga kita akan bersemangat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Komitmen tersebut adalah bagaimana kita mencurahkan seluruh kemampuan kita untuk menghasilkan yang terbaik dari apa yang kita kerjakan,
Ketika seseorang telah melakukan sesuatu atas dasar keyakinan yang benar, maka sesungguhnya orang tersebut telah memerdekakan dirinya sendiri dari rasa ketertindasan dan keterpaksaan.
Sumber : https://phizigma.wordpress.com/2011/06/14/pengalaman-pertamaku-ngeblog-di-wp/

Bekerja Cerdas dengan Filosofi Tukang Fotokopi

SUMBER :https://phizigma.wordpress.com/2012/12/17/bekerja-keras-dengan-filosofi-tukang-fotokopi/#more-133  
Ketika membaca judul di atas, saya yakin pasti Anda mengernyitkan dahi. Bukan bermaksud merendahkan martabat suatu profesi atau menggurui, tetapi sekedar berbagi agar  kita dapat belajar dari profesi tersebut. Sebenarnya tulisan ini terinspirasi dari nasehat seorang sahabat, pada suatu kegiatan sharing di kantor penulis.
Mari kita ingat ketika kita meminta tukang fotokopi untuk mengkopi berkas kita yang sedemikian banyak. Bukankah “ijab kobul” nya hanya minta dikopikan? Tetapi apa yang kita peroleh? Kita akan menerima hasil kopian kita tertata rapi, bahkan jika kita mengkopi rangkap banyak sekalipun, hasil kopian sudah terbendel sejumlah yang kita inginkan. Pernahkah pelayan fotokopi tadi meminta tambahan ongkos untuk menata sehingga sedemikian rapi sehingga kita yang dilayani menjadi puas? Bahkan dia tidak pernah mengeluh ketika kita minta lebih dari sekedar fotokopi (baca : mencetak).
Apa yang bisa kita ambil pelajaran darinya?
Ketika kita mendapatkan amanat/tugas, mungkin sebagian dari kita akan menerjemahkan bahwa apa yang tertulis di dalam surat tugas/perintah itu serta sederet prosedur yang kita terima, maka cukup itulah yang kita kerjakan. Karakter seperti inilah yang membuat seseorang tak ubahnya hanya sebuah robot, yang bekerja sesuai dengan program yang telah dibutkan programer untuknya.
Mengapa kita tidak melakukan suatu amanat dengan sentuhan “seni” yang justru akan memberikan hasil yang lebih memuaskan dan kita senang melakukannya. Dengan demikian kita akan melakukan pekerjaan kita dengan sentuhan “kreatif “ hasil olah pikir kita dalam menerjemahkan tugas amanat pekerjaan yang kita terima.
Kita sebagai guru, mislanya. Sering kita mendapatkan amanat tugas lain yang mungkin di luar kompetensi  kita sebagai seorang guru.Sehingga tidak sedikit orang yang menghindari tugas – tugas “sampingan” tersebut dengan alasan itu kan  bukan tugas kita lebih-lebih ah….itu tidak ada angka kreditnya (he..he…). Atau ketika kita mau menerima dengan sangat terpaksa. Lebih – lebih jika tugas ini hanya “malaikatan” (Istilah penulis untuk menyebutnya sebagai gratisan). Pasti banyak yang bergumam “ Hari gini…..gratisan?”.
Padahal, mungkin inilah justru lahan pahala yang sebenarnya. Kalau kita yakin bahwa penghargaan itu tidak harus berupa materi. Dari sinilah kita belajar dari tukang fotokopi. Apa yang dapat kita lakukan untuk tugas yang diamanatkan kepada kita ini?
Pertama :
Lihatlah dengan sudut pandang, bahwa ketika orang mempercayakan suatu pekerjaan kepada kita, berarti dia menaruh kepercayaan itu kepada kita. Dan kita pasti mampu melakukannya. Jika orang lain percaya kepada kita, mengapa kita tidak memiliki kepercayaan diri untuk menerimanya.
Kedua :
Lihatlah, apa output yang diinginkan dari tugas tersebut. Jika perlu konsultasikan lagi kepada pemberi kepercayaan tersebut. Hasil/Output apa yang diinginkan
Ketiga :
Carilah referensi sebanyak-banyaknya dari tugas yang dipercayakan kepada kita.
Keempat :
Susun rencana-rencana serta strategi untuk dapat menghasilkan output tersebut. Di sinilah“sentuhan kreatif “ kita dibutuhkan. Rencana dan strategi yang kreatif inilah yang akan memberi nilai tambah dari proses maupun output yang akan kita hasilkan. Bukankah ketika kita minta tukang fotokopi mengkopi, kita hanya minta hasil kopian, tidak pernah meminta untuk menata sedemikian rupa?
Kelima:
Lakukan rencana tersebut sebagai suatu hal yang menyenangkan, dengan selalu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaannya untuk selalu meningkatkan mutu kerja kreatif kita.
Keenam :
Mintalah respon balik serta penilaian atas pekerjaan yang telah kita lakukan sebagai keterbukaan kita pada orang di sekitar kita serta pemberi kepercayaan. Jangan menutup diri dari kritik dan saran orang lain. Bukankah kritik inilah yang membuat kita semakin cerdas dan kaya?
Dengan demikian, apapun tugas atau kepercayaan yang diberikan orang kepada kita, kita akan selalu melakukannya dengan penuh tanggung jawab dan senang hati untuk melakukannya. Dengan demikian kita akan tetap nyaman dan senang dengan tugas-tugas kita, meskipun itu tugas atau pekerjaan yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Salam.
Like us on Facebook
Follow us on Twitter
Recommend us on Google Plus
Subscribe me on RSS